hampir 25 tahun hidup di Samboja, sangat cepat juga roda perekonomian yang berkembang, yang tadinya tv adalah suatu barang yang sangat mewah, kini telepon genggam seperti kacang rebus yang sangat mudah ditemukan disetiap tangan masyarakat. sebenarnya bukan masalah materi yang bikin mata jadi sedikit silau, karena itu adalah rejeki yang memang seharusnya mereka terima.
aku ingat dengan salah seorang guru (sebenarnya aku lupa dengan mata pelajarannya), beliau mengatakan begini ^kita ini hidup dari alam, bukan dari bagusnya rumah, banyaknya harta, atau pintar/bodohnya seseorang, tapi apa yang sebenarnya yang sudah kita berikan untuk alam^.
kalau aku boleh bilang, bukannya kita ini ga tau soal yang seperti itu, tapi karena saking silaunya dengan hijaunya uang yang ada di bawah tanah, di balik pohon.
Hmmmm.... aku sendiri sebenarnya merasa takut, jangan-jangan nanti rumahku hanyut di bawa air, padahal aku gak merasa ikut menebang pohon ataupun menggali tanah.
aku mau balik lagi ke cerita tentang sepanjang jalan 10 km tadi. Inget banget, waktu masih TK (th.89) berangkat sekolah tu harus pake jaket yang tebel, karena udaranya dingiiiiiiiiiiiin banget (maklum berangkat school-nya naik ojek). Seiring berjalannya waktu di th. 98/99 (SMA) kesekolah naik motor masih mengenakan jaket, bukan karena dingin, tapi pagi-pagi panasnya udah nyengat banget, bisa gosong ni (padahal emang udah hitam).
Semangat untuk temen-temman yang masih mau tanam pohon meskipun jumlahnya sangaaaaaaat sedikit sekali, harapannya semua orang mau perduli dengan lingkungan yang ada sekarang.